TENTANG REGGAE


     Tentang Reggae

    "Musik Jamaica Pendahulu"

    informasi KitaBob Marley, yang terlintas dikepala kita saat mendengar nama tersebut adalah aliran musik Reggae. Bob Marley berhasil memperkenalkan Reggae secara universal. Ketika Bob Marley meninggal Reggae diteruskan oleh penerusnya seperti Freddie McGregor, Dennis Brown, Garnett Silk, Marcia Fiffths dan Rita Marley serta beberapa kerabat keluarga Marley bermunculan. Rasta adalah jelas pembentuk musik Reggae yang dijadikan senjata oleh Bob Marley untuk menyebarkan Rasta keseluruh dunia.
    Buta pecinta Reggae dan belum tau sejarahnya, berikut sejarah Reggae secra singkat. Semoga bisa menambah wawasan kita dalam bermusik.

    Menurut sejarah Jamaica, budak yang membawa drum dari Africa disebut "Burru" yang jadi bagian aransemen lagu yang disebut "talking drums" (drum yang bicara) yang asli dari Africa Barat. "Jonkanoo" adalah musik budaya campuran Afrika, Eropa dan Jamaika yang terdiri dari permainan drum, rattle (alat musik berderik) dan conch tiup. Acara ini muncul saat natal dilengkapi penari topeng.  Jonkanoos pada awalnya adalah tarian para petani, yang belakangan baru disadari bahwa sebenarnya mereka berkomunikasi dengan drum dan conch itu.
    Tahun berikutnya, Calypso dari Trinidad & Tobago datang membawa Samba yang berasal dari Amerika Tengah dan diperkenalkan ke orang - orang Jamaika untuk membentuk sebuah campuran baru yang disebut Mento. Mento sendiri adalah music sederhana dengan lirik lucu diiringi gitar, banjo, tambourine, shaker, scraper dan rumba atau kotak bass. Bentuk ini kemudian populer pada tahun 20 dan 30an dan merupakan bentuk musik Jamaika pertama yang menarik perhatian seluruh pulaunya. Saat ini Mento masih bisa dinikmati sajian turisme.
    SKA yang sudah muncul pada tahun 40 - 50an sebenarnya disebutkan oleh History of Jamaican Music, dipengaruhi oleh Swing, Rythym & Blues dari Amrik. SKA sebenarnya adalah suara big band dengan aransemen horn (alat tiup), piano, dan ketukan cepat "bop". Ska kemudian dengan mudah beralih dan menghasilkan bentuk tarian "skankin" pad awal 60an. Bintang Jamaica awal antara lain Byron Lee and the Dragonaires yang dibentuk pada 1956 yang kemudian dianggap sebagai pencipta "ska". Perkembangan Ska yang kemudian melambatkan temponya pada pertengahan 60an memunculkan "Rock Steady" yang punta tune bass berat dan dipopulerkan oleh Leroy Sibbles dari group Heptones dan menjadi musik dance Jamaika pertama di 60an.


    "Ngga asli Jamaika lho!"
    Reggae memang adalah musik unik bagi Jamaika, ironisnya akarnya berasal dari New Orleans R&B. Nenek moyang terdekatnya, ska berasal berasal dari New Orleans R&B yang didengar para musisi Jamaika dari siaran radio Amrik lewat radio transistor mereka. Dengan berpedoman pada iringan
    gitar pas - pasan dan putus - putusadalah interprestasi mereka akan R&B dan mampu jadi populer di tahun 60an. Selanjutnya semasa musim panas yang terik, merekapun kepanasan kalo musti mainin ska plus tarinya, hasilnya lagunya diperlambat dan lahirlah Reggae. Sejak itu, Reggae terbukti bisa jadi sekuat Blues dan memiliki kekuatan interprestasi yang juga bisa meminjam dari Rocksteady (dulu) dan bahkan musik Rock (sekarang). Musik Afrika pada dasarnya ada di kehidupan sehari-hari, baik itu di jalan, bus, tempat umum, tempat kerja ato rumah yang jadi semacam semangat saat kondisi sulit dan mampu memberikan kekuatan dan pesan tersendiri. Hasilnya, Reggae musik bukan cuma memberikan relaksasi, tapi juga membawa pesan cinta, damai, kesatuan dan keseimbangan serta mampu mengendurkan ketegangan.
    Reggae di Indonesia
    Beberapa nama yang terkenal dalam dunia musik Reggae di Indomesia antara lain Tony Q, Steven & Coconuttreez, Joni Agung (Bali), New Rastafara, dan Heru "Shaggy Dog" (Yogyakarta).
    Sejarah Reggae di Indonesia banyak orang yg tidak mengetahui bahkan musisi Reggae kurang paham, jika ditanya siapa band awal mula yg pertama kali memainkan musik Reggae?
    Sekitar tahun 1986 musik Reggae mulai dikumandangkan di Indonesia, band tersebut adalah Black Company sebuah band dgn genre Reggae, beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan turunan dari band sebelumnya, kemudian ada Asian Force dan Abresso, Jamming.
    Band-band tersebut memiliki kualitas musikal yang memukau...
    Reggae, seperti dikatakan etnomusikolog Jacob Edgar, merupakan jenis musik yang mudah beradaptasi dengan beragam lingkungan kultural.
    Musik Reggae sebetulnya sudah lama digaungkan di Indonesia sekitar awal tahun 1980, dengan munculnya band Reggae Abreso dalam acara Reggae Night di Taman Impian Jaya Ancol.
    Pada tahun 1986 band yang seluruhnya personil pemuda asal Papua ini pernah performing di Christmas Island selama tiga bulan yang diprakarsai oleh Yorries Raweyai. Pada tahun 1984 Abreso pernah rekaman lagu-lagu Reggae.
    Selain itu, masih di era tahun 1980-an ada lagu “Dansa Reggae” yang dinyanyikan oleh Nola Tilaar iringan musik oleh Willie Teuguh.
    Lagu ciptaan Melky Goeslaw itu adalah salah satu lagu Reggae yang mengajak masyarakat dari berbagai latar belakang kultural bisa ramai-ramai menikmati reggae. Dengar liriknya: "Orang Jawa bilang, ’monggo dansa reggae’!
    Reggae dan rasta

    Di Indonesia, reggae hampir selalu diidentikkan dengan rasta. Padahal,
    reggae
    dan rasta sesungguhnya adalah dua hal yang berbeda. "Reggae adalah nama
    genre musik, sedangkan rasta atau singkatan dari rastafari adalah
    sebuah pilihan jalan hidup, way of life," ujar Ras Muhamad (23),
    pemusik reggae yang sudah 12 tahun menekuni dunia reggae di New York
    dan penganut ajaran filosofi rasta. Repotnya, di balik ingar-bingar dan
    kegembiraan
    yang dibawa reggae, ada stigma yang melekat pada para penggemar musik
    tersebut. Dan stigma tersebut turut melekat pada filosofi rasta itu
    sendiri. "Di sini, penggemar musik reggae, atau sering salah kaprah
    disebut rastafarian, diidentikkan dengan pengisap ganja dan bergaya
    hidup
    semaunya, tanpa tujuan," ungkap Ras yang bernama asli Muhamad Egar ini.
    Padahal, filosofi rasta sesungguhnya justru mengajarkan seseorang hidup
    bersih, tertib, dan memiliki prinsip serta tujuan hidup yang jelas.
    Penganut rasta yang sesungguhnya menolak minum alkohol, makan daging,
    dan bahkan mengisap rokok. "Para anggota The Wailers (band asli Bob
    Marley) tidak ada yang merokok. Merokok menyalahi ajaran rastafari,"
    papar Ras.

    Ras mengungkapkan, tidak semua penggemar reggae
    adalah penganut rasta, dan sebaliknya, tidak semua penganut rasta harus
    menyenangi lagu reggae. Reggae diidentikkan dengan rasta karena Bob
    Marley—pembawa genre musik tersebut ke dunia—adalah seorang penganut
    rasta.

    Ras menambahkan, salah satu bukti bahwa komunitas reggae di Indonesia
    sebagian besar belum memahami ajaran rastafari adalah tidak adanya
    pemahaman terhadap hal-hal mendasar dari filosofi itu. "Misalnya waktu
    saya tanya mereka tentang Marcus Garvey dan Haile Selassie, mereka
    tidak tahu. Padahal itu adalah dua tokoh utama dalam ajaran rastafari,"
    ungkap pemuda yang menggelung rambut panjangnya dalam sorban ini.

    Pemusik
    Tony Q Rastafara pun mengakui, meski ia menggunakan embel-embel nama
    Rastafara, tetapi dia bukan seorang penganut rasta. Tony mencoba
    memahami ajaran rastafari yang menurut dia bisa diperas menjadi satu
    hakikat filosofi, yakni cinta damai. "Yang saya ikuti cuma cinta damai
    itu," tutur Tony yang tidak mau menyentuh ganja itu. Namun, meski tidak
    memahami dan menjalankan seluruh filosofi rastafari, para penggemar dan
    pelaku reggae di Indonesia mengaku mendapatkan sesuatu di balik musik
    yang mereka cintai itu. Biasanya, dimulai dari menyenangi musik reggae
    (dan lirik lagu-lagunya), para penggemar itu kemudian mulai tertarik
    mempelajari filosofi dan ajaran yang ada di baliknya.

    Seperti diakui Hendry Moses Billy, gitaris grup Papa Rasta asal Yogya, yang
    mengaku
    musik reggae semakin menguatkan kebenciannya terhadap ketidakadilan dan
    penyalahgunaan wewenang. Setiap ditilang polisi, ia lebih memilih berdebat daripada "berdamai". "Masalahnya bukan pada uang, tetapi praktik seperti itu tidak adil," tandas Moses yang mengaku sering dibuntuti orang tak dikenal saat beli rokok tengah malam karena dikira mau beli ganja. Sementara Steven mengaku dirinya menjadi lebih bijak dalam memandang hidup sejak menggeluti musik reggae. Musik reggae, terutama yang dipopulerkan Bob Marley, menurut Steven, mengajarkan perdamaian, keadilan, dan antikekerasan. "Jadi kami memberontak terhadap ketidakadilan, tetapi tidak antikemapanan. Kalau reggae tumbuh, maka di Indonesia tidak akan ada perang. Indonesia akan tersenyum
    dengan reggae," ujar Steven mantap. Sila dan Joni dari Bali menegaskan,
    seorang rasta sejati tidak harus identik dengan penampilan ala Bob
    Marley. "Rasta sejati itu ada di dalam hati," tandas Sila sambil
    mengepalkan tangan kanan untuk menepuk dadanya.

    2 komentar:

    1. LAGU COVER DENNY FRUST/MONKYBOOTS TERBARU 2019
      https://youtu.be/X9G_W77lx3Y

      BalasHapus